Prosedur Safety Valve di Fuel Terminal

2025-11-04

Daftar isi

Tutup

Dalam sistem penyimpanan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM), faktor keselamatan menjadi prioritas mutlak. Terminal BBM beroperasi dengan volume fluida yang sangat besar, tekanan tinggi, serta potensi risiko kebakaran dan ledakan. Oleh karena itu, setiap komponen pengaman harus berfungsi optimal untuk mencegah terjadinya insiden.

Salah satu perangkat terpenting dalam menjaga keselamatan adalah safety valve. Katup ini berfungsi sebagai garis pertahanan terakhir ketika terjadi lonjakan tekanan atau kondisi abnormal pada sistem. Tanpa safety valve yang terpasang dan diuji dengan benar, terminal BBM berisiko menghadapi overpressure, kebakaran, hingga kerusakan peralatan vital.

Prosedur terkait safety valve tidak hanya mencakup instalasi, tetapi juga pengujian, inspeksi berkala, serta kepatuhan terhadap standar internasional seperti API, NFPA, dan OSHA. Artikel ini akan membahas peran safety valve dalam sistem terminal BBM, standar regulasi yang berlaku, prosedur pengujian, desain fire safe, hingga fitur emergency shut-off yang menjadi bagian dari sistem keselamatan menyeluruh.

Peran Safety Valve dalam Sistem Terminal BBM

Di terminal BBM, safety valve berfungsi sebagai perangkat otomatis yang menjadi garis pertahanan terakhir terhadap risiko overpressure. Katup ini dirancang sebagai fail-safe device yang akan terbuka secara otomatis saat tekanan melebihi batas aman, kemudian menutup kembali setelah kondisi normal dipulihkan. Mekanisme sederhana namun vital ini memastikan sistem penyimpanan dan distribusi tetap aman dari potensi kerusakan maupun kecelakaan.

1. Proteksi Tekanan Berlebih (Overpressure Protection)

Safety valve mencegah penumpukan tekanan berlebihan pada tangki penyimpanan, pipa, atau peralatan bertekanan lain. Saat batas tekanan tercapai, valve terbuka untuk membuang kelebihan fluida atau gas ke lokasi aman.

2. Pencegahan Kegagalan Peralatan (Equipment Failure)

Tanpa safety valve, lonjakan tekanan bisa menyebabkan pipa pecah, tangki retak, atau katup lain gagal berfungsi. Hal ini tidak hanya merusak peralatan mahal, tetapi juga dapat memicu downtime yang signifikan.

3. Menjaga Keselamatan Personel

Lonjakan tekanan yang tidak terkendali bisa menyebabkan kecelakaan serius. Dengan safety valve, risiko cedera pekerja akibat ledakan, semburan fluida, atau kebocoran gas dapat diminimalkan.

4. Perlindungan Lingkungan

Safety valve membantu mencegah tumpahan BBM atau pelepasan gas berbahaya ke lingkungan. Dengan begitu, dampak terhadap ekosistem dan potensi pencemaran dapat ditekan.

5. Menjamin Integritas Sistem

Dengan menjaga tekanan dalam batas aman, safety valve berkontribusi pada stabilitas dan umur panjang sistem perpipaan serta memastikan operasi terminal tetap andal.

Standar dan Regulasi Terkait Safety Valve

Penggunaan safety valve di terminal BBM tidak bisa dipisahkan dari standar dan regulasi internasional. Katup pengaman ini dikategorikan sebagai safety critical device, sehingga setiap aspek mulai dari desain, pemasangan, hingga pengujian harus mengikuti kode yang berlaku. Kegagalan mematuhi regulasi bukan hanya berisiko menimbulkan kecelakaan, tetapi juga dianggap sebagai pelanggaran hukum di banyak yurisdiksi.

1. Standar API (American Petroleum Institute)

API menjadi rujukan utama dalam industri migas, termasuk untuk pemilihan dan pengujian safety valve. Beberapa standar penting antara lain:

  • API 520: Panduan desain, sizing, dan instalasi pressure relieving devices di kilang minyak (Part 1: Design, Part 2: Installation).
  • API 521: Pedoman sistem pelepasan tekanan (depressurising system) dan pencegahan overpressure.
  • API 526: Standar untuk flanged steel pressure relief valves.
  • API 527: Uji ketahanan seat terhadap kebocoran (seat tightness test).
  • API 607 & API 6FA: Standar fire safe testing yang memastikan valve tetap berfungsi meskipun terpapar api.

2. Standar ASME (American Society of Mechanical Engineers) – USA

ASME mengatur lebih luas terkait peralatan bertekanan, termasuk katup pengaman. Beberapa yang relevan antara lain:

  • ASME I: Boiler bertekanan langsung (direct fired pressure vessels).
  • ASME III:Pembangkit listrik tenaga nuklir.
  • ASME IV: Heating boilers.
  • ASME VIII: Unfired pressure vessels (tangki, bejana tekan).
  • ASME B16.34: Standar umum untuk valve berflange, threaded, dan welded ends (rating tekanan/suhu, material, dan pengujian).

Semua valve yang disertifikasi ASME akan masuk daftar National Board (NB) dan diterbitkan dalam NB18 (Red Book) dengan kapasitas aliran yang sudah teruji.

3. Standar Eropa (PED & EN)

Di Uni Eropa, pengawasan dilakukan melalui Pressure Equipment Directive (PED 97/23/EC) yang mengklasifikasikan peralatan bertekanan ke dalam empat kategori (I – IV). Regulasi ini menggantikan berbagai kode lokal seperti BS (UK), TUV (Jerman), dan AFNOR (Prancis). Kepatuhan terhadap PED memungkinkan produsen memberi label CE marking pada produk.

  • EN 4126: Safety devices for protection against excessive pressure, menjadi rujukan teknis utama untuk safety valve di Eropa.

4. Standar Internasional dan Regional Lainnya

Selain API, ASME, dan PED, beberapa negara juga memiliki regulasi sendiri, di antaranya:

  • ISO 4126: Persyaratan umum safety valve (internasional).
  • KS B 6216 (Korea): Spring loaded safety valves untuk boiler dan pressure vessel.
  • JIS B 8210 (Jepang): Standar safety valve untuk boiler dan bejana tekan.
  • SAA AS 1271 (Australia): Safety valve dan fitting terkait boiler.

5. NFPA & OSHA Guidelines

Di sektor terminal BBM, NFPA (National Fire Protection Association) dan OSHA (Occupational Safety and Health Administration) memberikan panduan keselamatan terkait kebakaran, penanganan bahan bakar, serta perlindungan pekerja. Safety valve menjadi bagian integral dari sistem perlindungan ini.

Prosedur Pengujian Safety Valve

Untuk memastikan safety valve di terminal BBM tetap andal dalam melindungi sistem dari risiko overpressure, dibutuhkan prosedur pengujian yang terstandarisasi. Pengujian ini tidak hanya menjamin kinerja mekanis valve, tetapi juga menjadi bagian penting dalam kepatuhan terhadap standar keselamatan industri.

Jenis Pengujian Safety Valve

  1. Inspection Rutin

Dilakukan secara visual untuk mengecek adanya kebocoran, kondisi spring, seat, maupun komponen lain yang rawan aus. Tahap ini bersifat preventif agar kerusakan bisa dideteksi sebelum menimbulkan masalah serius.

  1. Bench Test / Pop Test

Valve dilepas dari sistem dan diuji di lingkungan terkontrol dengan alat khusus. Tujuannya memastikan valve dapat membuka pada set pressure yang sudah ditentukan, serta menutup kembali dengan baik setelah tekanan normal dipulihkan

  1. In-Situ Testing

Pengujian dilakukan langsung di lokasi tanpa melepas valve dari instalasi. Metode ini menghemat waktu dan meminimalkan downtime sistem, sehingga ideal untuk uji berkala.

  1. Online Testing

Menggunakan peralatan diagnostik canggih untuk memverifikasi kinerja valve tanpa menghentikan operasi. Cocok diterapkan di fasilitas dengan kebutuhan operasi non-stop.

Langkah-Langkah Pengujian Standar

  1. Persiapan
    • Pastikan area pengujian aman dan bebas dari potensi bahaya.
    • Bersihkan valve dari kotoran atau deposit yang dapat mempengaruhi performa.
  2. Setup Peralatan
    • Hubungkan valve dengan test rig atau perangkat uji sesuai metode yang dipilih.
    • Kalibrasi alat ukur agar hasil pengujian akurat.
  3. Pelaksanaan Tes
    • Tekanan dinaikkan secara bertahap sampai mencapai set pressure.
    • Amati respon valve: apakah membuka sesuai tekanan set point dan menutup kembali dengan benar setelah tekanan turun.
  4. Pencatatan Hasil
    • Catat data pembukaan dan penutupan, waktu respon, serta anomali yang muncul.
  5. Analisis & Pelaporan
    • Bandingkan hasil dengan spesifikasi pabrikan dan standar industri.
    • Susun laporan detail berisi temuan serta rekomendasi tindakan perbaikan jika diperlukan.

Umumnya safety valve diuji setahun sekali, tetapi pada peralatan dengan tingkat kritikalitas tinggi, frekuensi bisa lebih sering sesuai ketentuan standar atau hasil risk assessment.

Baca juga: American Standard Testing and Material (ASTM) Pedoman untuk Industri dan Manufaktur Global

Fitur Emergency Shut-Off di Terminal BBM

Terminal BBM merupakan area dengan risiko tinggi, di mana kebocoran bahan bakar atau kenaikan tekanan dapat segera berubah menjadi bencana besar. Untuk itu, dibutuhkan Emergency Shut-Off (ESO) system sebagai bagian dari mekanisme keselamatan. 

Sistem ini berfungsi menghentikan aliran bahan bakar secara cepat dan otomatis ketika kondisi darurat terdeteksi, sehingga dampak kebakaran, ledakan, maupun kerusakan peralatan bisa diminimalkan.

Emergency Shut Down (ESD) System

ESD system adalah integrasi antara valve dengan sistem kontrol otomatis. Ketika sensor mendeteksi kondisi abnormal seperti lonjakan tekanan, kebocoran, atau suhu ekstrem sistem ini akan:

  1. Mengirimkan sinyal ke valve untuk menutup secara otomatis.
  2. Mengisolasi area yang terdampak agar bahan bakar tidak terus mengalir.
  3. Mengaktifkan alarm dan prosedur darurat lain sesuai protokol keselamatan.

Quick-Closing Valve

Di terminal BBM, valve yang digunakan dalam sistem shut-off dirancang berjenis quick-closing. Artinya, valve dapat menutup dalam hitungan detik begitu ada sinyal darurat. Fitur ini sangat penting untuk mencegah kebocoran besar atau penyebaran api yang bisa membahayakan personil dan fasilitas.

Contoh Skenario Darurat

Beberapa skenario yang menunjukkan pentingnya fitur emergency shut-off antara lain:

  • Kebakaran di loading arm: Saat proses transfer bahan bakar ke kapal tanker atau truk, percikan api bisa memicu kebakaran. Quick-closing valve akan menutup jalur aliran sehingga api tidak menjalar ke tangki utama.
  • Overpressure di pipeline: Lonjakan tekanan berlebih dapat menyebabkan pipa pecah. ESD system akan segera menutup valve upstream untuk mengurangi kerusakan.
  • Kasus nyata di lapangan: Investigasi insiden kebakaran truk pengisi bahan bakar di sebuah bandara besar menunjukkan bahwa kegagalan mengaktifkan emergency shut-off secara cepat memperburuk kerusakan. Seandainya personel mengetahui lokasi tombol shut-off, kebakaran bisa dikendalikan lebih awal.

Baca juga: Safety Valve Pada Boiler - Fungsi & Cara Kerja

Studi Kasus Implementasi Safety Valve di Terminal BBM

Terminal BBM merupakan fasilitas kritis yang menghadapi risiko tinggi selama operasi transfer bahan bakar. Proses ini melibatkan interaksi kompleks antara manusia, peralatan, dan lingkungan, sehingga rawan terhadap kebakaran, ledakan, atau kebocoran akibat kegagalan alat, kebocoran sambungan, maupun malfungsi sistem kontrol. Untuk itu, penerapan safety valve, fire safe valve, dan emergency shut-off menjadi kunci dalam menjaga keselamatan dan integritas sistem.

Studi kasus ini merujuk pada penelitian “Fire and Explosion Hazard Risk Analysis of Fuel Transfer Activities at Fuel Terminal ‘X’ Utilizing the Quantitative Risk Analysis (QRA) Method” oleh Angga Wahyu Sulistyawan dan Yuliusman Yuliusman dari Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia. Penelitian ini menganalisis risiko kebakaran dan ledakan pada kegiatan transfer bahan bakar menggunakan metode Quantitative Risk Analysis (QRA), termasuk Parts Count untuk estimasi kegagalan komponen dan Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengidentifikasi jalur kegagalan potensial. Simulasi konsekuensi dilakukan dengan perangkat lunak SAFETI, memodelkan penyebaran radiasi panas, tekanan akibat ledakan, dan zona risiko bagi personel di sekitar terminal.

Hasil penelitian menekankan pentingnya kombinasi safety valve, fire safe valve, dan emergency shut-off dengan prosedur pengendalian risiko sistematis untuk menurunkan risiko operasional ke level yang dapat diterima.

Pengujian Safety Valve di Tangki Penyimpanan

Di Terminal “X”, tangki penyimpanan bensin diuji secara rutin untuk memastikan safety valve berfungsi optimal. Prosedur pengujian mencakup:

  • Inspeksi visual: memeriksa kebocoran, kondisi spring, dan seat valve.
  • Bench test / pop test: memastikan valve membuka pada tekanan set point dan menutup kembali dengan benar.
  • On-site verification: pengujian tanpa melepas valve dari sistem untuk meminimalkan downtime.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa safety valve mampu menahan tekanan berlebih secara efektif, sehingga risiko overpressure di tangki maupun jalur distribusi dapat diminimalkan.

Emergency Shut-Off saat Loading ke Kapal Tanker

Selama proses loading ke kapal tanker, quick-closing valve dan Emergency Shut Down (ESD) system diintegrasikan untuk mencegah kondisi darurat:

  • Jika terjadi kebocoran pada loading arm, ESD system otomatis menutup aliran bahan bakar.
  • Sistem ini melindungi pekerja, kapal, dan tangki dari risiko kebakaran dan ledakan.
  • Studi menunjukkan bahwa pelatihan personel dalam prosedur shut-off secara signifikan mengurangi risiko kecelakaan.

Efektivitas Fire Safe Valve dalam Simulasi Kebakaran

Fire safe valve diuji melalui simulasi kebakaran untuk memastikan kemampuan valve menahan tekanan dan mencegah kebocoran saat terpapar api:

  • Valve tetap menutup rapat meski seat dan stem terkena suhu tinggi.
  • Sistem fire safe mencegah penyebaran api melalui aliran bahan bakar ke tangki utama atau jalur distribusi.
  • Simulasi membuktikan terminal dapat mempertahankan integritas operasional meskipun terjadi insiden kebakaran.

Dampak Implementasi Safety Valve

Berdasarkan temuan penelitian, penerapan technical safeguards dan administrative measures di Terminal “X” berhasil menurunkan risiko operasional secara signifikan:

  • Individual Risk Per Annum (IRPA) untuk posisi kritis turun drastis, misalnya Fuel Terminal Manager dari 1,89E-03 menjadi 4,18E-06.
  • Potential Loss of Life (PLL) berkurang lebih dari 90%, dari 4,97E-02 menjadi 1,21E-04 fatalities/year.
  • Kombinasi pengamanan teknis dan pelatihan personel membuktikan efektivitas strategi mitigasi risiko.

Studi kasus ini menegaskan bahwa investasi pada safety valve dan sistem proteksi terkait bukan hanya untuk kepatuhan terhadap standar, tetapi juga sebagai langkah proaktif untuk menyelamatkan nyawa, melindungi aset, dan menjaga kelangsungan operasi terminal BBM.

Safety valve merupakan garis pertahanan terakhir dalam sistem terminal BBM, berperan penting dalam melindungi fasilitas, personel, dan lingkungan dari risiko overpressure, kebakaran, maupun ledakan. Studi kasus di Terminal “X” menunjukkan bahwa pengujian rutin, implementasi fire safe valve, serta integrasi dengan sistem emergency shut-off secara signifikan menurunkan risiko operasional dan potensi kerugian nyawa.

Kepatuhan terhadap standar dan regulasi seperti API 527, API 607, NFPA, dan OSHA, serta penerapan prosedur pengujian yang tepat, menjadi kunci untuk menjaga keandalan sistem. Investasi pada safety valve dan sistem proteksi terkait bukan hanya soal kepatuhan, tetapi merupakan langkah strategis yang sebanding dengan menjaga nyawa, aset, dan keberlanjutan operasi terminal BBM.

Penulis

Om Vin
Om Vin adalah full-time in-house engineer ACS dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di industri pipa fitting dan sangat gemar dengan tantangan.

Share

  • Facebook
  • Tweet
  • Whatsapp
  • LinkedIn

Artikel lainnya

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
04
.
11
.
25

Panduan Lengkap API 6D vs API 600

API 6D dipakai untuk valve di pipeline migas, sedangkan API 600 fokus pada steel gate valve di refinery. Bedanya terletak pada fungsi, tekanan, dan aplikasinya.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
03
.
11
.
25

Sistem Piping di Fuel Terminal

Desain sistem piping di terminal BBM memastikan distribusi bahan bakar aman, efisien, dan sesuai standar seperti API 2610, NFPA, serta HSE guidelines.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
03
.
11
.
25

Subsea Valve: Material & Coating Anti Korosi

Subsea valve butuh material dan coating anti korosi tangguh untuk tahan tekanan, garam, dan biofouling di laut dalam agar operasi tetap aman dan andal.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
31
.
10
.
25

API 602 dan API 608 pada valve, apa perbedaannya?

API 602 untuk forged steel valve kecil bertekanan tinggi, sedangkan API 608 untuk ball valve medium–besar dengan isolasi cepat di industri.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
31
.
10
.
25

Pengertian Fuel Terminal, Fungsi, dan Contohnya

Fuel terminal adalah fasilitas penyimpanan dan distribusi BBM skala besar yang memastikan pasokan energi tetap stabil, aman, dan efisien.

Alvindo Catur Sentosa Placeholder image
27
.
10
.
25

Apa itu Subsea Ball Valve, Fungsi, dan Aplikasinya

Subsea ball valve adalah katup bawah laut bertekanan tinggi yang tahan korosi, dapat dioperasikan jarak jauh, dan menjaga aliran minyak serta gas tetap aman.